Yogyakarta, Kompas
Di bawah terik sinar matahari, Senin (18/11) siang ratusan mahasiswa
Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta berdialog langsung dengan
Rektor Prof Dr Sukanto Reksohadiprodjo MCom yang duduk di tangga
Balairung UGM. Dialog yang berlangsung sekitar satu jam diawali unjuk
rasa Komite Keprihatinan Mahasiswa (Kokam) UGM yang menuntut janji
rektor bahwa tidak akan menggunakan militer untuk mengatasi persoalan
di dalam kampus.
Dalam unjuk rasa itu, Kokam UGM menyampaikan pernyataan sikap yang
menuntut tanggung jawab rektor yang pernah menjanjikan tidak akan
menggunakan militer di kampus. Namun kenyataannya, menurut mahasiswa,
militer telah memasuki Kampus UGM, membubarkan aksi mimbar bebas LMMY
(Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) diikuti penangkapan delapan
aktivisnya. Aksi mimbar bebas Komite Anti Penindasan Pers (KAPP) juga
dibubarkan, termasuk ditangkapnya koordinator aksi, Haris Sitorus.
Rektor menemui
Selain membawa spanduk bertuliskan “Komite Keprihatinan Mahasiswa
UGM”, mahasiswa pengunjuk rasa juga membawa poster antara lain
bertuliskan: “Tegakkan Organisasi Mahasiswa Indonesia”, “Bebaskan
Kampus dari Intervensi Militer” dan “Rektor Mana Janjimu”. Meski
demikian, rektor meninggalkan rapat siang itu dan menemui mahasiswa di
Balairung disertai PR III, Ir Bambang Kartika dan staf lainnya.
Pada dialog itu Rektor UGM memberi kesempatan mahasiswa menyampaikan
langsung keinginannya. Selain menuntut janji rektor, mahasiswa juga
minta perlindungan/jaminan agar militer tidak masuk kampus, bahkan
pengunduran diri rektor.
Namun tuntutan mahasiswa dijawab rektor sambil tersenyum dan tetap
duduk di tangga balairung. Menurut rektor, ia tak pernah mengundang
militer masuk kampus. “Tapi adanya selebaran yang menyinggung rezim
Orde Baru itulah yang mengundang militer masuk ke mari,” tukas Prof
Sukanto.
Selain itu, ungkap rektor, aksi mahasiswa di Kampus UGM tidak hanya
dilakukan mahasiswa UGM tapi juga dari luar UGM. Rektor juga sudah
mengupayakan melalui telepon agar militer tidak masuk, tapi
kenyataannya, akibat selebaran itu mereka tetap masuk. Karena itu
Rektor UGM berharap agar setiap aksi yang dilakukan mahasiswa UGM di
lingkungan UGM agar memberitahu se-nat dan PR III. Ini dimaksudkan
agar supaya mereka memperoleh perlindungan.
Menanggapi jawaban rektor, sebagian besar mahasiswa masih belum puas
karena meski tidak mengundang militer, rektor membiarkan militer
masuk. Bahkan seorang mahasiswa, dari Senat Maha-siswa (SM) UGM minta
agar rektor tidak mudah berjanji yang bila tidak dipenuhi akan
menyebabkan mahasiswa menuntut lagi melalui aksi serupa.
Mahasiswa pengunjuk rasa akhirnya puas setelah PR-III, Ir Bambang
Kartika menegaskan agar setiap kali mahasiswa melakukan unjuk rasa
terlebih dahulu memberi tahu. “Jika kami diberitahu, Saudara akan kami
lindungi,” tegas Bambang Kartika yang disambut kepuasan mahasiswa.
“Mbok ya bilang dari tadi, kan sudah selesai,” celetuk seorang
mahasiswa yang kemudian mengakhiri unjuk rasa setelah membacakan lima
pernyataan sikap yang disampaikan kepada rektor.
Kelima pernyataan sikap itu berasal dari SM Fakultas Filsafat, SM
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Korps Mahasiswa Komunikasi Fisipol,
Kokam dan Dewan Mahasiswa UGM. Selain menuntut dan menggugat sikap
Rektor UGM, juga menyatakan keprihatinan bagi ‘kematian dunia
akademik’. Pembacaan pernyataan sikap itu diikuti rektor dengan penuh
senyum, tapi ketika dibacakan pernyataan Dema UGM, rektor spontan
meninggalkan acara karena tidak mengakui keberadaan Dema di UGM. Namun
mahasiswa yang merasa sudah memperoleh perhatian, tidak terlalu
memasalahkan hal itu.
Penyebab unjuk rasa yang juga dituntut mahasiswa ialah pernyataan
Rektor UGM terhadap kasus 7 November yang menyatakan, pelaku aksi
bukan mahasiswa UGM. Padahal yang tertangkap pada kasus itu ialah
Haris Sitorus, Mahasiswa Administrasi Negara UGM.
Suasana unjuk rasa mahasiswa di Kampus UGM itu berlangsung tertib
meski setelah mimbar bebas di Fisipol peserta duduk di jalan di sudut
halaman gedung utama UGM. Mereka tidak menghambat kegiatan kampus yang
sedang sibuk menyiapkan wisuda sarjana yang berlangsung Selasa ini.
(dth)
Sumber: https://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/11/18/0220.html